TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid menjelaskan ancaman resesi global tahun depan akan berdampak terhadap sektor keuangan. “Yang pertama akan terpuruk adalah di sektor keuangan,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Selasa, 27 September 2022.
Menurut dia, di sektor keuangan akan terjadi perputaran atau yang disebut sebagai turbulensi. Karena ekonomi Amerika Serikat—yang saat ini fokus dengan pengendalian inflasi—akan melemah. Dan karena pengendalian inflasi Amerika cenderung ingin menaikkan tingkat suku bunga.
Tauhid menjelaskan meskipun saat ini inflasi di Amerika sudah berhasil turun dari 9 persen menjadi 8,5 persen, dan akan terus turun lagi, tapi ke depan akan jauh lebih kencang lagi meningkatkan suku bunga. Karena inflasi sudah terjadi selama setelah pandemi, konsekuensinya tentu saja likuiditas akan semakin ketat di Amerika.
“Dan orang melihat suku bunga mereka semakin tinggi akhirnya berdampak ke pertumbuhan ekonomi mereka akan turun. Amerika akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan di tahun depan, tapi saya lupa angkanya,” kata Tauhid. “Itu yang saya kira memang terjadi di sana.”
Sedangkan konsekuensi dari suku bunga The Fed yang naik di tahun depan turbulensinya adalah di sektor keuangan. Dia menurutkan akan banyak uang yang datang ke Amerika. Turbulensi keuangan ini akan membuat capital outflow dari negara-negara emerging market termasuk Indonesia.
Baca Juga:
“Saya kira akan terjadi dan potensi capital outflow ini tinggi. Kalau misalnya kita tidak mengimbangi dengan beragam aksi di pasar uang maupun Bank Indonesia menaikan suku bunga ya itu akan tadi rupiah akan tertekan,” ucap dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan negara tengah mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia berpotensi menimbulkan resesi global.
"Tekanan inflasi global sudah direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat," ujar Sri Mulyani dalam paparannya saat konferensi pers APBN Kita secara daring pada Senin, 26 September 2022.